Kisah ini saya terinspirasi ketika saya sedang ada pelatihan character building di kampus saya selama 3 hari, Terlalu banyak motivasi yang mendorong saya sehingga membuat saya berfikir alangkah baiknya jika saya share untuk kalian semua :)
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan
menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu
bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang.
Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci
dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel
di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci
terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan
menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah.
Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat
telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk
lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel,
telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya
merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa
lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah
membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum
ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya,
“Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’
yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi
yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi
setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah.
Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus,
isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada
di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”
“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”
0 komentar:
Posting Komentar