CALON gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
Faisal Basri-Biem Benyamin mengusung tagline 'Berdaya Bareng-Bareng'. Banyak
program yang mereka tawarkan demi kemajuan Jakarta di masa mendatang. Keduanya
memiliki Visi-Misi yang jelas. Merawat Jakarta. Itulah yang menjadi tujuan
Faisal-Biem. Berikut terpapar konsep dan perencanaan yang diusung pasangan
perpaduan ekonom politik dan anak Betawi ini.
Di mata Faisal-Biem, sebagai sebuah kota, Jakarta
bukan hanya kumpulan gendung-gedung pencakar langit, jalan raya, dan
patung-patung megah. Jakarta adalah kumpulan sejarah, memori, dan cerita
tentang orang-orang yang tinggal di dalamnya. Selama hampir 500 tahun, Jakarta
telah menjadi tempat terbentuknya sebuah komunitas yang sangat heterogen.
Sejarah Jakarta adalah sejarah Indonesia.
Tetapi eksistensi Jakarta sebagai refleksi
Republik ini sedang berada pada titik nadir. Selama puluhan tahun Jakarta terus
mengalami proses pembangunan. Nyaris tidak satu detikpun Jakarta kekurangan
aktivitas pembangunan. Tetapi, pembangunan Jakarta yang begitu intensif
memiliki konsekuensi besar secara sosial maupun ekologis.
Berbagai permasalahan yang dihadapi Jakarta telah
berada pada kondisi kronis. Frekuensi banjir yang semakin tinggi, kemacetan
semakin luas dan semakin lama, krisis air bersih di sebagian besar wilayah Ibu
Kota, ketimpangan sosial dan ekonomi yang semakin lebar, tingkat kriminalitas
yang semakin tinggi. Semuanya adalah masalah nyata yang menjadi indikasi kuat
bahwa Jakarta saat ini sedang sakit. Alih-alih menjadi kota yang nyaman bagi
warganya, Jakarta telah menjelma menjadi sebuah kota dengan tumpukan masalah.
Akar utama dari berbagai permasalahan Jakarta
tidak terletak pada kendala teknologi, ekonomi, atau keuangan. Itu justru
berada pada lembaga pengelola Jakarta. Konsekuensi ekologis dan sosial sebagai
akibat dari pembangunan Jakarta yang begitu massif, selama ini tidak menjadi
perhatian dari kekuasaan dan birokrasi Jakarta. Bahwa proses pembangunan di
Jakarta selama ini hanya didorong oleh penciptaan dan rekayasa proyek serta
anggaran, sehingga keberpihakan pada publik belum menjadi obyektif dari proses
pembangunan di Jakarta.
Dan hal ini disebabkan buruknya kepemimpinan yang
seharusnya berada di garis paling depan dalam membela kepentingan publik.
Ironisnya, pemimpin Jakarta yang dipilih secara langsung oleh warga, lebih
mengutamakan kepentingan sekelompok orang dan menafikkan kebutuhan publik dalam
hal sarana transportasi, ruang terbuka, air bersih, dan sebagainya.
Fakta selama ini adalah bahwa Jakarta telah
menghabiskan triliunan rupiah untuk melayani kendaraan pribadi dan
perlahan-lahan malah memarjinalkan angkutan dan transportasi massa. Ini
hanyalah satu contoh dari banyak permasalahan di Jakarta yang harus
diselesaikan melalui kepemimpinan yang membela kepentingan publik.
Sebagai calon kandidat dari jalur
independen/perseorangan, kami Faisal Basri dan Biem Benyamin menawarkan suatu
pendekatan sistematis untuk mengelola Jakarta agar dapat menjadi lebih baik.
Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan dengan semangat ''Berdaya
Bareng-Bareng''.
Semangat ini terimplementasi dalam sebuah
pendekatan untuk membangun partisipasi publik, yang selama ini justru
terpinggirkan oleh birokrasi/sistem, dalam menata dan membangun kota Jakarta.
Bagaimana selama ini aspirasi dan partisipasi publik hampir tertutup sama
sekali dalam proses pembangunan kota dan pengambilan kebijakan publik, baik
oleh Birokrasi maupun oleh Dewan Perwakilannya.
Untuk itu, maka dalam pendekatan ini, kegiatan
politik diarahkan menjadi sebuah gerakan untuk memberdayakan publik,
mengutamakan partisipasi dan semangat egaliter. Dan pendekatan ini diarahkan
untuk membangun dan mengusung sebuah konsep yaitu ''Merawat Jakarta''
(#merawatJKT).
Merawat Jakarta berangkat dari fakta umum bahwa
pemerintah Jakarta sangat menggebu-gebu ketika membangun tetapi lalai ketika
merawat apa yang telah dibangun. Begitu banyak pembangunan yang dilakukan di
Jakarta yang hanya bermanfaat dalam jangka pendek. Hal ini karena paradigma
pertumbuhan yang begitu kuat dan cenderung menafikan faktor kesinambungan.
Tidak heran jika Jakarta terus mengalami banyak masalah walaupun pembangunan
tidak pernah terhenti.
Banjir, kemacetan, kejahatan, dan sebagainya
adalah gejala-gejala yang menunjukkan bahwa kota kita tercinta ini sedang tidak
sehat. Bahwa Jakarta sudah terlalu letih dgn beban pembangunan dan ketimpangan
sosial. Saatnya merawat Jakarta agar kembali sehat. Maka itu, sudah saatnya
beralih paradigma dari membangun Jakarta menjadi merawat Jakarta.
Konsep tentang merawat Jakarta ini bukan berarti
Jakarta berhenti membangun. Merawat lebih pada prioritas dalam membuat Jakarta
lebih nyaman, lebih baik, lebih adil, dan lebih aman. Merawat adalah
keberdayaan bersama yang berbasis partisipasi aktif dari semua stakeholder
kota, dari Pemerintahnya hingga warganya. Bahwa pembangunan yang dilakukan saat
ini harus memiliki skala prioritas yang tidak menambah beban Jakarta sebagai
kota yang memiliki berbagai fungsi.
Makna ''Merawat Jakarta'' tidak hanya untuk merawat
infrastruktur, tetapi merawat Jakarta secara keseluruhan dengan melihat aspek
lingkungan, sosial, ekonomi, dan estetika. #MerawatJKT adalah merawat ruang
fisik sekaligus ruang sosial yg membentuk kota secara seimbang.
Paradigma ini berlandaskan dari pemikiran bahwa
kota tidak hanya dibangun oleh ruang fisik tetapi juga ruang sosial yg
membentuk perilaku individu-individu di dalamnya. Bahwa ruang-ruang publik yang
seharusnya bisa dipergunakan oleh warga untuk berinteraksi sebagai sebuah
komunitas, selama ini telah tercerabut menjadi ruang-ruang bisnis dan komersil
yang lebih berpihak pada pengusaha dan membangun budaya konsumtif masyarakat
yang tidak terkontrol.
#MerawatJkt adalah merubah pola pikir dan tindakan
kita, seluruh stakeholder kota Jakarta bahwa pembangunan di Jakarta akan
beresiko tinggi jika tidak dikelola secara baik dan benar. Tiga asas yang
menjadi dasar paradigma ''Merawat Jakarta'' yaitu asas lingkungan, asas
kelembagaan, dan asas kepentingan publik. Ketiga asas tersebut tercermin dalam
5 program utama yang kami tawarkan untuk menjadikan Jakarta sebagai tempat
tinggal yang nyaman bagi semua warganya tanpa kecuali.
Air. Kami melihat permasalahan banjir, sistem
drainase, dan permasalahan penyediaan air bersih dilihat sebagai satu masalah
yang harus ditangani secara terintegrasi. Ketiga masalah ini saling terkait
satu sama lain secara fisik yang membutuhkan penanganan teknis dan
institusional secara terpadu.
Cara yang paling efektif menyelesaikan masalah
tersebut adalah dengan adanya suatu badan pemerintah yang khusus menangani tata
kelola air atau bisa disebut sebagai Badan Tata Kelola Air. Badan ini melakukan
pengambilalihan otoritas penyediaan air bersih, dan melakukan pembenahan sistem
pengelolaan air bersih untuk publik baik secara ekonomis, teknis, dan sosial.
Pada saat bersamaan badan ini menyusun perencaan dan mengembangkan sistem
pembuangan air kotor (drainase dan sanitasi) yang mencakup sebagian besar
wilayah Jakarta.
Transportasi. Menyelesaikan masalah transportasi
di Jakarta hanya bisa dilakukan dengan dua pendekatan secara simultan. Pada
satu sisi, pemerintah harus menyediakan transportasi publik yang layak. Di sisi
lain, pemerintah mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi.
Satu solusi efektif untuk permasalahan Jakarta
adalah kembali ke moda transportasi publik yang paling dasar, yakni bis.
Program revitalisasi bis umum bertujuan untuk mengintegrasikan seluruh armada
bis umum di Jakarta ke dalam satu sistem yang dioperasikan oleh sebuah badan
yang dikelola langsung oleh Pemerintah DKI melalui Otoritas Transportasi
Jakarta. Badan ini memegang wewenang sistem transportasi publik di seluruh
wilayah Jakarta.
Selain bis, moda transportasi umum lainnya seperti
MRT, monorail, dan busway akan diintegrasikan ke dalam sistem pengelolaan
transportasi yang dikelola oleh Otoritas Transportasi Jakarta ini.
Tata Ruang. Permasalahan banjir, macet, dan
sebagainya tidak lepas dari permasalahan tata ruang di Jakarta yang selama dua
dekade terakhir menafikan pertimbangan- pertimbangan ekologis. Konsep tata
ruang Jakarta melihat ruang sebagai sumber kapital. Ruangpun mengalami
komodifikasi, menjadi komoditas demi mengejar keuntungan. Logika seperti ini
hanya mengorbankan aspek lingkungan dan sosial.
Program kami adalah untuk mengembalikan ruang
publik ke fungsi yang sebenarnya. Beberapa hal yang akan kami lakukan adalah
memperluas kembali ruang terbuka hijau hingga mencapai 40% di mana 30% adalah
ruang hijau terbuka untuk publik, bukan ruang komersial atau pribadi.
Selain itu, Jakarta harus menyediakan jalur
pejalan kaki yang nyaman dan aman. Berdampingan dengan jalur pejalan kaki ini
adalah jalur sepeda yang dibuat secara khusus. Di lokasi-lokasi tertentu,
ruang-ruang komersial diatur sedemikian rupa untuk mengakomodasi para pelaku
ekonomi kelas bawah agar bisa tertib dan nyaman dan tidak menggunakan lajur
pejalan kaki dan taman kota.
Birokrasi dan Anggaran. Kami percaya bahwa Jakarta
yang lebih baik hanya bisa tercipta jika pemerintah DKI memiliki birokrasi yang
profesional dan efisien. Karena itu diperlukan akselerasi reformasi birokrasi
yang kini berlangsung menuju kapasitas struktural yang responsif terhadap
tantangan tata kelola Jakarta.
Selain birokrasi, perlu juga dilakukan efisiensi
anggaran. Saat ini sistem anggaran Jakarta sangat tidak efisien akibat
misalokasi dan kebocoran di sana-sini. Bahwa anggaran yang seharusnya
dikeluarkan dan disediakan oleh Pemerintah Kota haruslah berdasarkan pendekatan
skala prioritas yang tepat dan juga riset atas kebutuhan nyata warga dan bukan
hanya berdasarkan proyek-proyek besar namun sama sekali tidak berkesinambungan
dan berkelanjutan.
Distribusi Sektor Ekonomi. Salah satu penyebab
padatnya kota Jakarta adalah karena konsentrasi kegiatan ekonomi di wilayah
Jakarta. Hal ini sangat membebani Jakarta baik secara sosial amupun ekologis.
Karena itu sudah saatnya Jakarta berbagi kemakmuran bagi daerah di sekitarnya.
Sektor-sektor ekonomi moderen akan dipertahankan
di Jakarta, sementara sektor-sektor ekonomi tradisional di relokasi ke luar
Jakarta agar terjadi pemerataan kegiatan ekonomi dengan wilayah lainnya. Dengan
bekerja sama membangun sentra perekonomian di daerah sekitar membuat Jakarta
menjadi tertata. Berkembang bersama tetangga adalah cara terbaik untuk
menjadikan Jakarta tempat yang aman dan nyaman untuk dihuni.
Merawat Jakarta tentu saja bukan hanya
tanggungjawab pemerintah Jakarta, tetapi juga tanggungjawab seluruh warga
Jakarta. Yang membuat Jakarta berbeda dari kota2 lainnya di Asia Tenggara
adalah nafas kehidupan komunitas yang begitu kuat.
Kehidupan komunitas yg begitu kuat ini adalah
modal sosial yang luar biasa jika diorganisir dgn baik demi kebaikan kota. Di
sinilah letak partisipasi publik untuk bersama-sama menyelamatkan lingkungan
yang akan berpengaruh pada kehidupan mereka sehari-hari.
Berdaya bareng-bareng ini adalah membangun
keberdayaan warga untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan kotanya di
mana selama ini, akses partisipasi publik hampir tertutup sama sekali."