Sample Short Story : Sharing For You


“Kakaaaak..!!! Bangun..!!!”  terngiang suara teriakkan dari kuping kiriku.

Dengan setengah sadar aku berontak dalam hati, “Siapa nih teriak di kuping orang, ganggu orang tidur aje!!!!!”

Reflek aku balas teriakkan itu di dalam hati, “toak pecah, arggggh..!!!”

“Kakak..katanya mau pergi ke Bogor, ayo cepetan bangun...!!!!” suara teriakkan tanteku semakin menjadi-jadi.

Pagi itu pukul tujuh aku yang biasa bangun siang dikagetkan oleh suara teriakkan cempreng tanteku. Digoyang-goyangkan badanku secara kasar lalu ia putarkan wajahku kehadapannya. Tanteku bertingkah dan berteriak semakin parah, semakin membuat aku untuk berteriak keras didepan wajahnya.

Namun, aku urungkan niatku itu dan aku hanya berkata dengan lemas “Aku gakmau pergi..!!!!”

Aku menjauh dari tanteku menggeser posisi tubuh ke kanan. Aku mengguram kencang lalu dengan cepat aku tutup wajahku dengan selimut dan melanjutkan mimpi indahku.

Pukul sembilan pagi, aku masih mendengar suara khas tante-tante­­ arisan di kamarku. Sepertinya itu suara dari ruang tamu di rumahku. Memang tidak terlalu jauh dari kamarku hanyak berjarak lima meter.

Aku sudah tidak mengantuk. Aku terbangun karena perutku melilit. Sialnya didalam kamarku belum tersedia toilet. Sudah lama aku meminta untuk di buatkan toilet khusus untuk kamarku. Tetapi Ayah terlalu mementingkan pekerjaannya dibanding aku. Terpaksa aku harus berlari ke toilet disamping dapur  kalau tiba-tiba aku mengalami gangguan pada perutku.

Tetapi ini bukan waktju yang tepat. Untuk menuju ke toilet itu, aku harus menempuh perjalanan dengan melewati ruang tamu.

Oh Tuhanku !!! Bagaimana bisa aku melewati kumpulan suara toak masjid sember tersebut.
“Ngiung..ngiung..!!!” aku mulai membanyangkan suara televisi yang bervolume dengan angka 100 lalu seketika membandingkannya dengan suara ibu-ibu arisan itu. “Apa bedanya?” benakku dalam.

“Wow sudah terbayangkan suaranya seperti apa..!!!” lagi lagi aku terus berlebihan.

Apalagi kalau ditengah perjalananku menuju toilet aku bertemu dengan tanteku.  Tanteku bisa-bisa mengulang tingkahnya lagi seperti membangunkanku dengan suara toak pecahnya tadi pagi. Dan lebih parahnya pasti dia memaksa aku untuk pergi bersama dia dan tante-tante arisan lainnya.

Sungguh aku tidak bisa bayangkan. Untuk bertemu dengan tante-tante arisan saja aku tidak suka apalagi harus ikut bergabung dan pergi berjam-jam bersama mereka.

Apa kata dunia?? Bisa-bisa dunia langsung nyeplos bilang, “Kutukan macam apa ini bersama tante-tante arisan!!!”

Dari dulu aku memang tidak suka dengan gaya ala tante-tante arisan. Aku lebih suka gaya tante yang gak norak, gak ribet tapi tetep keren. Gaya ala tante muda berprestasi masa kini.
 Gaya ala tante-tante arisan bisa dibilang seperti gaya ala ‘Syahrini’. Aku memang begitu jengkel kalo melihat tante-tante seperti Syahrini. Tak bedanya dengan tanteku dan teman-temannya.

Aku memang akan menjadi tante-tante kedepannya. Tetapi aku tidak akan menjadi tante-tante yang ribet dan norak ala Syahrini.

Karena aku masih 18 tahun. Usiaku yang jauh dari usia tante-tante aku masih menikmati hidupku seperti remaja yang sedang tumbuh dewasa. Hidup untuk mencari jati diri dan berjuang keras melewati tantangan. Tidak seperti tante-tante yang masa hidupnya dihabiskan untuk belanja ke mall, memoles wajahnya dengan make-up juga bergosip dalam rangka mencari sensasi ketenaran belaka. Itulah tante-tante arisan ala Syahrini tetapi hanya sekelompok orang tidak semua tante seperti itu :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ryan Permata Putri © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers